Kepemimpinan Pendidikan




Pengertian Kepemimpinan Pendidikan

Secara umum kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan mempengaruhi orang lain, untuk menggerakkan orang-orang tersebut agar dengan penuh pengertian, kesadaran dan senang hati bersedia mengikuti kehendak pemimpin itu.
Namun secara lebih khususnya dapat dilihat dari beberapa defenisi berikut:
1. Kottler (1988)
Kepemimpinan adalah proses menggerakkan seseorang atau sekelompok orang kepada tujuan-tujuan yang umumnya ditempuh dengan cara-cara yang tidak memaksa.
2. Jacobs and Jacques (1990)
Kepemimpinan adalah sebuah proses memberi arti (pengarahan berarti) terhadap usaha kolektif, dan yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan dalam mencapai sasaran.
3. Blanchard
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan seseorang atau kelompok dalam usahanya mencapai tujuan di dalam suatu situasi tertentu.
4. George Terry
Kepemimpinan adalah kegiatan dalam mempengaruhi orang lain untuk bekerja keras dengan penuh kemauan untuk tujuan kelompok.
5. S. P. Siagian
Kepemimpinan adalah suatu kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang-orang agar bekerja sama menuju kepada suatu tujuan tertentu yang mereka inginkan bersama.
6. Engkoswara dan Aan Komariah
Kepemimpinan pendidikan merupakan suatu proses mempengaruhi, mengkoordinasi, dan menggerakkan perilaku orang lain serta melakukan suatu perubahan kea rah yang lebih positif dalam mengupayakan keberhasilan pendidikan.

Keterampilan kepemimpinan

  1. Davis (1981) mengidentifikasi tiga keterampilan kepemimpinan yaitu:
  2. Technical Skills, yang diperlukan pemimpin agar ia mampu mengawasi dan menilai pekerjaan sesuai dengan keahlian yang digelutinya. Contohnya pemimpin pendidikan perlu menguasai cara-cara menyusun renstra, membuat silabus, memahami PBM, menguasai teknik penilaian dan sebagainya.
  3. Human Skills, berupa kemampuan dalam membangun relasi dan dapat bekerjasama dengan orang lain. Hal ini merupakan kualifikasi yang dipersyaratkan bagi seorang pemimpin baik dalam situasi formal maupun informal.
  4. Conceptual Skills, ditandai dengan kemampuan memberikan solusi yang tepat, berdasarkan pemikirannya yang cerdas tentang suatu persoalan.

Pendekatan Kepemimpinan

1. Pendekatan teori sifat pemimpin (traits theory)
Pemimpinan yang memiliki cirri kepemimpinan adalah seseorang yang memiliki kualitas diri yang baik, tercermin dari sifat-sifat atau watak. Biasanya sifat/ watak yang diharapkan anggota dari pemimpinnya adalah cerdas, bijak, semangat, tanggung jawab, dan dapat dipercaya.
Hicks dan Gullet menunjukkan delapan sifat kepemimpinan yang harus dimiliki pemimpin, yaitu:
  • Bersikap adil
  • Member sugesti (suggesting)
  • Mendukung tercapainya tujuan (supplying objectives)
  • Katalisator (catalysing)
  • Menciptakan rasa aman (providing security)
  • Sebagai wakil organisasi (representing)
  • Sumber inspirasi (inspiring)
  • Bersikap menghargai (praising).
2. Pendekatan perilaku pemimpin (behavior theory)
Mintorogo (1996) menjelaskan bahwa perilaku kepemimpinan merupakan tindakan-tindakan spesifik seseorang pemimpin dalam mengarahkan dan mengkoordinasi kerja anggota kelompok. Sehingga kita dapat mempelajarinya sebagaimana yang dikatakan Hoy dan Miskel (1982) bahwa perilaku kepemimpinan dapat dipelajari. Oleh karena itu dapat terjadi bahwa individu yang dilatih dalam perilaku kepemimpinan yang memadai akan mampu memimpin secara lebih efektif.
Menelaah perilaku kepemimpinan dapat diidentifikasi dari dua aspek, yaitu fungsi kepemimpinan (fungsi tugas dan fungsi sosial) dan gaya kepemimpinan (otoriter, demokratis, pseudo demokratis dan laissez faire).
3. Teori Tiga Dimensi
Teori ini dikemukakan oleh WJ. Reddin mengemukakan bahwa perilaku kepemimpinan itu memiliki tiga pola dasar berikut: Berorientasi kepada tugas, berorientasi kepada hubungan kerja, berorientasi kepada hasil atau efektifitas, berdasarkan ketiga pola tersebut  menghasilkan lima gaya kepemimpinan adalah:  Birokrat, kompromi, minoritas, otokrat, develover, eksekutif.
4. Pendekatan Kontingensi
Pendekatan ini pada hakikatnya berusaha untuk memenuhi jawaban dari pertanyaan What makes the leader effective?. Bahwa yang membuat kepemimpinan itu efektif bukan hanya karena keberadaan pemimpinnya itu sendiri tetapi ada variable lain yang turut menentukan.

Kepemimpinan Efektif

Faktor-faktor kepemimpinan efektif tersebut oleh Hersey dan Blanchard (1995) digambarkan sebagai berikut:

Perubahan sosial dan gaya kepemimpinan

Perubahan sosial sebagaimana sifatnya yang abadi, akan selalu terjadi dan pasti terjadi. Salah satu perubahan yang mendasar dalam organisasi pendidikan adalah perubahan sistem manajemen yang sentralistik menjadi desentralistik.
Terdapat tiga jenis kepemimpinan yang dipandang representative dengan tuntutan era desentralisasi yaitu;
  1. Kepemimpinan transaksional, adalah kepemimpinan yang menekankan pada tugas yang diemban bawahan. Pemimpin adalah seseorang yang mendesain pekerjaan beserta mekanismenya dan staf adalah seorang yang melakukan tugas sesuai dengan kemampuan dan keahlian.
  2. Kepemimpinan transformasional, adalah pemimpin yang memiliki wawasan yang jauh kedepan dan berupaya memperbaiki serta mengembangkan organisasi bukan untuk saat ini, tetapi juga dimasa mendatang. Juga suatu proses edifikasi untuk menjadi seorang pemimpin dengan kemampuan “menularkan” kemampuan kepemimpinan kepada orang-orang disekitarnya.
  3. Kepemimpinan visioner, adalah kemampuan pemimpin dalam mencipta, merumuskan, mengkomunikasikan/ mensosialisasikan/ mentransformasikan dan mengimplementasikan pemikiran-pemikiran ideal yang berasal dari dirinya atau sebagai hasil interaksi social diantara anggota organisasi dan stakeholder yang diyakini sebagai cita-cita organisasi di masa depan yang harus diraih atau diwujudkan melalui komitmen semua personil.

Pandangan kepemimpinan di Indonesia

Kajian kepemimpinan di Indonesia secara tradisional dirumuskan kedalam 11 Azas Kepemimpinan sebagai berikut:
  1. Taqwa, pada Tuhan YME
  2. Ing Ngarso Sung Tulodo, memberi suri teladan.
  3. Ing Madya Mangun Karsa, ditengah-tengah menggugah semangat.
  4. Tut Wuri Handayani, mempengaruhi dan memberi dorongan.
  5. Waspada Purba Wisesa, mengawasi
  6. Prasaja, sederhana
  7. Ambeg Parama Arta, Prioritas
  8. Satya, sikap loyal timbal balik.
  9. Gemi Nastiti, membatasi pengeluaran pada hal-hal yang sangat penting.
  10. Belaka, bertanggung jawab.
  11. Legowo, keikhlasan untuk pada saatnya menyerahkan tanggung jawab dan kedudukannya,

Kepemimpinan Kepala Sekolah

Kompetensi
Kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan yang diperlihatkan seseorang ketika melakukan sesuatu. Memahami visi dan misi serta memiliki integritas yang baik saja belum cukup. Agar berhasil, kepala sekolah harus memiliki kompetensi yang disyaratkan untuk dapat mengemban tanggung jawabnya dengan baik dan benar. Apa saja kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah? Setidaknya ada kesepakatan bahwa kepala sekolah perlu memiliki sejumlah kompetensi berikut (CCSSO, 2002).
  1. Memfasilitasi pengembangan, penyebarluasan, dan pelaksanaan visi pembelajaran yang dikomunikasikan dengan baik dan didukung oleh komunitas sekolah.
  2. Membantu, membina, dan mempertahankan lingkungan sekolah dan program pengajaran yang kondusif bagi proses belajar peserta didik dan pertumbuhan profesional para guru dan staf.
  3. Menjamin bahwa manajemen organisasi dan pengoperasian sumber daya sekolah digunakan untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman, sehat, efisien, dan efektif.
  4. Bekerja sama dengan orang tua murid dan anggota masyarakat, menanggapi kepentingan dan kebutuhan komunitas yang beragam, dan memobilisasi sumber daya masyarakat.
  5. Memberi contoh (teladan) tindakan berintegritas.
  6. Memahami, menanggapi, dan mempengaruhi lingkungan politik, sosial, ekonomi, dan budaya yang lebih luas.
Tugas-tugas Pimpinan sekolah
Ke dalam/ Intern
  1. Membuat rencana kerja harian, mingguan, bulanan, semesteran dan tahunan (administrator)
  2. Membina dan membimbing setiap petugas dalam bidang masing-masing (manajer)
  3. Membina dan membimbing administrasi keuangan dan administrasi perbekalan (administrator)
  4. Membina tercapainya situasi KBM yang baik (administrator)
  5. Memimpin upacara-upacara sekolah (pemimpin)
  6. Mengatur, membina, mendayagunakan sarana tenaga yang ada demi tercapainya tujuan yang dikehendaki organisasi (manajer).
  7. Melaksanakan 12 langkah kepemimpinan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari (administrator) :
  8. Mengetahuai tugas sendiri agar tidak terjadi kekeliruan termasuk tugas yang didahulukan dan tugas yang perlu didelegasikan.
  9. Mengetahui jumlah pembantunya untuk memudahkan dalam pembagian tugas dan memeriksa pertanggungjawaban pelaksanaannya.
  10. Mengetahui nama pembantunya agar mudah memanggil atau memberikan tugas.
  11. Mengetahui tugas setiap pembantunya agar mudah melakukan pengawasan dan penelitian yang diperlukan.
  12. Mengetahui kehadiran pembantunya agar mudah memberi tugas.
  13. Menyediakan perlengkapan kerja untuk kelancaran kerja.
  14. Mengadakan penelitian terhadap pekerjaan pembantunya kemudian mengadakan evaluasi.
  15. Mengadakan langkah perbaikan atas dasar hasil penelitian.
  16. Memperhatikan perkembangan karir pembantunya.
  17. Memperhatikan kesejahteraan pembantunya agar dapat memusatkan perhatian bagi tugasnya.
  18. Memelihara kekeluargaan di lingkungan pekerjaan sehingga tempat kerja tidak dirasakan sebagai suatu tempat asing yang membosankan.
  19. Melaporkan pekerjaannya kepada atasan agar diketahui kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan.
  20. Membimbing dan membina usaha-usaha 5K (administrator).
  21. Mengadakan penilaian dan pengusulan promosi kenaikan tingkat bagi personil sesuai dengan peraturan (administrator).
Ke luar
  1. Mengadakan pertemuan dengan orang tua murid (pemimpin)
  2. Mengadakan hubungan kerjasama dengan pejabat resmi setempat dalam usaha pembinaan sekolah dan sebagai pejabat setempat (manajer).
  3. Mengadakan hubungan dengan badan-badan sosial yang dapat membantu pelaksanaan KBM sekolah (manajer).
  4. Mengadakan hubungan dengan badan-badan swasta dalam rangka usaha peningkatan pendidikan dan pengajaran di sekolah (manajer).
  5. Mengadakan hubungan kerjasama dengan lembaga-lembaga pendidikan secara vertikal maupun horizontal dalam usaha pembinaan dan pengembangan pendidikan di sekolah (manajer).
Peran-peran ini memang tidak mudah dipisahkan secara tegas antara satu dengan lainnya. Antara satu peran dengan peran lainnya sangat erat kaitannya. Idealnya seorang Pimpinan sekolah mampu membedakan peran sebagai manajer, sebagai seorang pemimpin, seorang administrator dan seorang supervisor. Dengan melaksanakan semua peran tersebut diharapkan sekolah itu akan mencapai tujuannya yaitu menjadi sekolah yang efektif di bawah pimpinan Pimpinan sekolah yang baik.
Efektivitas suatu sekolah dinilai dari bagaimana sekolah tersebut mampu mempergunakan sumber dana yang ada, dalam rangka pencapaian tujuannya. Penelitian yang dilakukan oleh Caldwell (1985) terhadap efektivitas alokasi sumber sekolah, dilakukan di beberapa sekolah di Tasmanisa, Australia. Dalam laporannya ia menyatakan bahwa sekolah yang mendapat nominasi tertinggi sebagai seolah yang efektif tidak disangsikan adanya peran Pimpinan sekolah yang kuat. Sekolah yang efektif mempunyai Pimpinan yang :
  1. responsif dan suportif terhadap kebutuhan guru-guru;
  2. mengembangkan hubungan yang efektif dengan Kantor Wilayah, masyarakat, guru dan murid;
  3. menyatakan bahwa sumber-sumber dana dan manusia dialokasikan secara konsisten sesuai dengan kebutuhan pendidikan;
  4. mampu membagi tugas dan sumber agar terjadi efisiensi;
  5. mempunyai tingkat kesadaran yang tinggi mengenai apa yang terjadi di sekolah;
  6. berkaitan dengan pengembangan profesinya;
  7. mendorong staf agar terlibat dalam program pengembangan profesional dan memanfaatkan ketrampilan guru yang memenuhi persyaratan dalam program;
  8. menyatakan bahwa reviu program sekolah selalu dilakukan dan kemajuan dalam pencapaian tujuan itu selalu dievaluasi.
Seorang Pimpinan sekolah yang efektif berdasarkan penelitian National Association of Secondary School Principals merupakan gabungan antara sifat-sifat pribadi dan gaya kepemimpinannya:
  1. Memberikan contoh
  2. Berkepentingan dengan kualitas
  3. Bekerja dengan landasan hubungan kemanusiaan yang baik
  4. Memahami masyarakat sekitarnya
  5. Memiliki sikap mental yang baik dan stamina fisik yang prima
  6. Berkepentingan dengan staf dan sekolah
  7. Melakukan kompromi untuk mencapai kesepakatan
  8. Mempertahankan stabilitas
  9. Mampu mengatasi stress
  10. Menciptakan struktur agar sesuatu bisa terjadi
  11. Mentolerir adanya kesalahan
  12. Tidak menciptakan konflik pribadi
  13. Memimpin melalui pendekatan yang positif
  14. Tidak menjauhi atau mendahului orang-orang yang dipimpinnya
  15. Mudah dihubungi oleh orang
  16. Memiliki keluarga yang serasi
Dari hasil penelitian itu dan dari hasil pengalaman yang disampaikan oleh Pimpinan sekolah yang berhasil membina sekolah yang efektif, persyaratan tersebut merupakan kunci keberhasilan. Di Indonesia fungsi Pimpinan seolah tidak saja melayani ke dalam tetapi juga keluar. Di Indonesia, masih berlaku anggapan bahwa guru itu adalah tempat bertanya, sehingga kehadiran Pimpinan sekolah di suatu masyarakat di anggap sebagai pemimpin yang dapat membantu masyarakat untuk mengatasi persoalan. Pada dasarnya seorang pemimpin adalah seorang yang mampu mempengaruhi orang lain untuk melaksanakan kehendaknya untuk mencapai tujuan organisasi. Tanpa pengaruh tersebut orang itu tidak akan/kurang berdedikasi melaksanakan atau mencapai tujuan organisasi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengorganisasian Pendidikan sebagai suatu Sistem

Bila Si Kecil Meniru Tokoh Idolanya